Lada (Piper nigrum)

Bagikan postingan ini

Halo sobat Petani Mandiri kali ini kami akan membahasa tentang sebuah rempah yang menjadi rajanya para rempah loh, apakah kalian tahu nama rempah ini ? yups betul Lada yuks langsung simak postingan kami tentang lada berikut ini !!!!

Lada, disebut juga merica atau sahang, yang mempunyai nama Latin Piper nigrum adalah sebuah tanaman yang kaya akan kandungan kimia, seperti minyak lada, minyak lemak, juga pati. Lada bersifat sedikit pahit, pedas, hangat, dan antipiretik.  Tanaman ini sudah mulai ditemukan dan dikenal sejak puluhan abad yang lalu. Pada umumnya orang-orang hanya mengenal lada putih dan lada hitam yang mana sering dimanfaatkan sebagai bumbu dapur. Tanaman ini merupakan salah satu komoditas perdagangan dunia dan lebih dari 80% hasil lada Indonesia diekspor ke negara luar. Selain itu, lada mempunyai sebutan The King of Spice (Raja Rempah-Rempah) yang mana kebutuhan lada di dunia tahun 2000 mencapai 280.000 ton. Lada adalah salah satu tanaman yang berkembang biak dengan biji, tetapi banyak para petani lebih memilih melakukan penyetekkan untuk mengembangkannya. Mereka memotong batangnya kira-kira dengan panjang 0,25–0,5 meter. Tumbuhan lada secara sekilas mirip dengan sirih (Piper betle).

Varietas lada

Di Indonesia, terdapat sekitar 40 jenis lada. Meskipun begitu, jenis varietas lada yang banyak ditanam tergantung kepada daerahnya. Di Lampung misalnya, jenis yang banyak ditanam adalah Belantung dan Kerinci. Di Bangka jenis yang banyak ditanam adalah “Lampung Daun Kecil” (LDK) dan “Lampung Daun Lebar” (LDL), Merapin, Chunuk dan Jambi. Di Kalimantan, jenis lada yang banyak ditanam adalah varietas Bengkayang. Di Provinsi Jawa Barat, jenis yang banyak ditanam adalah varietas LDK dan LDL. Dalam setiap jenis varietas mempunyai keunggulan dan kelemahan dalam ketahanan hama dan penyakit uatama lada, sehingga petani dapat memilih jenis varietas lada mana yang cocok untuk dikembangkan

Seiring perkembangan zaman dan tekhnologi pertanian kini tanam lada tidak hanya terpaku pada jenis rambat namun sudah dibudidayakan juga jenis lada perdu yang tidak terlalu membutuhkan lahan luas serta sangat minim pemeliharaan dan juga hasil buahnya sebanding dengan jenis rambat.

Karakteristik geografis

Tanaman lada tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian mulai dari 0–700 m di atas permukaan laut (dpl). Penyebaran tanaman lada sangat luas berada di wilayah tropika antara 200 LU dan 200 LS, dengan curah hujan dari 1.000–3.000 mm per tahun, merata sepanjang tahun dan mempunyai hari hujan 110–170 hari per tahun, musim kemarau hanya 2–3 bulan per tahun. Kelembaban udara 63–98% selama musim hujan, dengan suhu maksimum 35℃ dan suhu minimum 20℃. Lada dapat tumbuh pada semua jenis tanah, terutama tanah berpasir dan gembur dengan unsur hara cukup, drainase (air tanah) baik, tingkat kemasaman tanah pH 5,0–6,5.

Penyebaran

Kebun lada di Pulau Bangka

Indonesia merupakan negara pemasok terbesar dalam pasar lada internasional. Menurut Wahid dan Sitepu, 1987 sebelum perang dunia ke II, Indonesia hampir menguasai hampir seluruh kebutuhan lada dunia (80 persen). Selanjutnya Indrawanto dan Wahyudi (1996) melaporkan bahwa ekspor lada putih Indonesia pernah meningkat dari 54 persen pada tahun 1981 menjadi 94 persen pada tahun 1990 dari total ekspor lada putih dunia. Sebaliknya pada periode yang sama pangsa ekspor lada hitam Indonesia pernah menurun dari 52 persen pada tahun 1981 menjadi 27 persen pada tahun 1990. Enam tahun kemudian mulai dari tahun 1996–2000, lada hitam negara kita meningkat lagi menjadi 45 persen dari total ekspor lada hitam dunia. Ada sembilan negara yang menjadi pemasok dominan lada di dunia ini, yaitu Indonesia, India, Malaysia, Brazil, Thailand, Sri Langka, Vietnam, Mexico dan Madagascar. Dalam masa sepuluh tahun terakhir (1990–2000) rata-rata pertahunnya negara Indonesia merupakan negara yang paling besar dalam mengekspor lada kemudian di ikuti oleh negara Malaysia dan Brazil, dengan masing-masing rata-rata pertahunnya sebesar 43.193 ton, 31.904 ton, dan 24,511 ton.

Luas area tanaman lada di Indonesia hampir 90% dimiliki oleh perkebunan rakyat estimasi tahun 2000 seluas 130.178 ha dari total areal 130.557 ha, dengan total potensi produksi lada Indonesia sekitar 65.227 ton. Daerah penghasil lada terbesar di Propinsi Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. Hasil pengolahan lada ada 3 jenis yaitu lada hitam, putih dan hijau, dari 3 jenis olahan yang dikenal hanya lada hitam dan putih. Untuk hasil olahan lada dari Propinsi Lampung dikenal dengan sebutan Lampung black pepper dan hasil olahan lada dari Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung dikenal dengan sebutan Muntok white pepper. Sebutan tersebut dikenal karena Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar di dunia. Kondisi perkebunan lada Indonesia saat ini sekitar 11,50% dari seluruh luas komoditas perkebunan dengan kemampuan modal yang lemah. Dampak dari kondisi tersebut diatas mengakibatkan perkembangan teknologi ditingkat petani untuk perbaikan mutu, budidaya/pengembangan tanaman sangat lambat dan tidak mengalami perubahan 

Kandungan lada dan analisis metabolit lada

Kandungan lada

Rasa pedas lada diakibatkan oleh adanya zat piperin, piperanin, dan chavicin yang merupakan persenyawaan dari piperin dengan semacam alkaloid. Chavicin banyak terdapat dalam daging biji lada (mesocarp) dan tidak akan hilang walaupun biji yang masih berdaging dijemur hingga lebih pedas dibanding lada putih. Aroma biji berasal dari minyak atsiri yang terdiri dari beberapa jenisminyak terpen (terpentin) lada hitam dan lada putih dengan senyawa kimiakadar air, zat protein, zat karbohidrat, minyak atsiri dan piperin (alkaloid). Piperin termasuk golongan alkaloid yang merupakan senyawa amidabasa lemah yang dapat membentuk garam dan asam mineral kuat. Tumbuhan yang termasuk jenis piper selain mengandung 5–9% piperin juga mengandung minyak atsiri berwarna kuning berbau aromatis senyawa berasa pedas (kavisin), amilum, resin, dan protein. Piperin berupa kristal berbentuk 8 jarum berwarna kuning, tidak berbau,tidak berasa lama-lama pedas. Piperinbila dihidrolisis dengan KOH akan menghasilkan kalium piperinat dan piperidin. Saat ni produk utama dari lada yaitu lada tu sendiri ya,ng memiliki beberapa kegunaan di antaranya yaitu untuk kesehatan, untuk obat-obat tradisional maupun modern, khasiatnya sebagai stimulan pengeluaran keringat (diaphoretik), pengeluaran angin (carminativ), peluruhan air kencing (diuretik), peningkatan nafsu makan, peningkatan aktivitas kelenjar-kelenjar pencernaan, dan percepatan pencernaan zat lemak. Selain itu biji lada pun dapat dipakaiuntuk ramuan obat reumatik. Lada juga dimanfaatkan sebagai pestisida nabati, pada lada mengandung zat racun, oleh karena itu, lada dapat digunakan sebagai insektisida pembunuh serangga. Ekstrak kasar lada hitam juga sangat toksik terhadap hama kapas.

Analisis metabolit lada

Kajian metabolomik telah dilakukan oleh penelitian menggunakan lada jenis spesies C. annuum, C. chinense, C. frutescens dan C. baccatum dengan bentuk morfologi, tingkat kepedasan, serta asal geografis yang berbeda. Analisis genotip menggunakan marka AFLP mengkonfirmasi pengelompokan filogenetik. Pengelompokan spesifik-spesies dilakukan berdasarkan profil metabolit semi-polar mereka. Secara total 88 semi-polarmetabolit dapat diidentifikasi. Sebagian besar metabolit ini mewakili konjugat dari flavonoid lada utama (quercetin, apigenin, dan luteolin). Data profil ini dapat digunakan dalam program pemuliaan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lada berbasis metabolit seperti rasa dan metabolit yang dihasilkan terkait manfaatnya pada kesehatan.

Hasil penelitian menjelaskan bahwa terdapat variasi metabolisme yang cukup besar dalam berbagai jenis spesies lada yang berbeda. Perbedaan metabolit pada beberapa spesies ini yang menyebabkan adanya variasi metabolit semi-polar sedangkan tingkat kepedasan lada berpengaruh atas variasi dalam roma yang bersifat volatil pada lada. Selain adanya kandungan flavonoid dan kapsianosida yang bermanfaat bagi kesehatan juga diidentifikasi senyawa volatil lainnya seperti senyawa ester asam lemak bercabang metil, senyawa volatil turunan asam lemak misalnya heksanal, nonenal, dan non-edienal serta monoterpen. Senyawa-senyawa tersebut dapat berpotensi menjadi kandidat untuk program pemuliaan yang bertujuan untuk mengembangkan kultivar baru dengan rasa yang lebih baik dan karakteristik kualitas yang lebih baik. Hasil penelitian ini juga menunjukkan data untuk mengeksplorasi variasi metabolik dengan platform analitik yang berbeda dan untuk memadukan metabolisme dengan analisis genetik sebagai strategi untuk menargetkan program pemuliaan tanaman dengan keragaman fenotipik untuk sifat dan kualitas tanaman lada.

Gimana nih sobat petani mandiri dengan postngan ini ? semoga postingan kali ini bermanfaat ya dan bisa menambah wawasan kalian.

sampai jumpa lagi di postingan lainya ya sobat petani mandiri

Salam Berdikari !!!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Keranjang Belanja